EKONOMI
NEOLIBERALISME
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Banyak
sekali permasalahan-permasalahan di Indonesia. Dimulai dari adanya KKN yang
sedang marak akhir-akhir ini, adanya Demokrasi Kapitalisme, harga bahan pokok
yang semakin mahal dan salah satu dari
permasalah tersebut adalah permasalahan pada perekonomian Indonesia.
Perekonomian sangat penting bagi kemajuan sebuah Negara. Karena dengan adanya
perekonomian Negara yang mempu berjalan dengan baik mampu memberi kesejahteraan
rakyatnya dan fasilitas-fasilitas pada bidang-bidang seperti pendidikan,
kesehatan dan sebagainya bisa terpenuhi dan memajukan Negara tersebut.
Dan
apabila perekonomian sebuah Negara terganggu. Bagaimana dampak dari Negara
tersebut ? Dampanya akan sangat berpengaruh pada stabilitas Negara atau hanya
akan berdampak berupa gangguan kecil pada Negara dan bersifat sementara, karena
kita tahu sebuah Negara tentu memiliki perekonomian yang besar dan hanya
tergoyang apabila diganggu oleh permasalahan yang sangat besar. Maka apa yang
terjadi apabila perekonomian sebuah Negara terganggu oleh perekonomian dari
luar Negara yang memiliki sistem perekonomian yang berbeda. Seperti Sistem
Perekonomian Indonesia yang memiliki sistem tersendiri terpaksa mengikuti
Perekonomian Neoliberalisme yang berasal dari Negara Imperalis.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu Ekonomi Neoliberalisme ?
2.
Bagaimana dampak dari adanya Ekonomi
Neoliberalisme bagi Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui dampa negatif dari
adanya Ekonomi Neoliberal
2.
Menambah wawasan akan
permasalahan-permasalan Negara yang salah-satunya adalah masalah pada
perekonomian
3.
Untuk menemukan solusi dari permasalahn
Indonesia
BAB 2
Pembahasan
BBM
naik, listrik naik, seluruh kebutuhan hidup berupa material maupun pokok dan
jasa terus naik, upah murah tetap dipertahankan, phk terus terjadi, sistem
buruh kontrak semakin banyak dipergunakan dan jadi pilihan para pengusaha,
hak-hak bersuara dan berserikat semakin dipersempit ( Ditegakkannya UU tentang
Unjuk Rasa, kriminalisasi aktivis buruh), represif menjadi solusi yang
dipergunakan pemerintah dan pengusaha (melalui UU, aparat keamanan, preman,
pengadilan dan penjara), aktivitas serikat buruh semakin dibatasi, aktivis
buruh dan demokrasi mulai ditangkap dan dipenjarakan kembali.
Yang
lain, perusahaan-perusahaan negara (BUMN) diswastakan, saham-saham pemerintah
di perusahaan-perusahaan swasta dijual, investor asing diundang dan
dipebolehkan untuk menguasai termasuk sektor yang dibutuhkan rakyat banyak,
tidak ada lagi perbedaan antara pengusaha dalam negeri dan luar negeri, pajak
impor terhadap hasil-hasil pertanian terus diturunkan, pajak-pajak dinaikkan
harganya oleh pemerintah.
Apakah ini
yang disebut dengan Ekonomi Neoliberalisme ?
Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan
pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan
ekonomi, diplomasi, dan/atau intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada perdagangan
bebas. Kebijakan ekonomi neoliberal merupakan sebuah solusi yang
dipelopori oleh negara-negara imperialis. yang tergabung dalam kelompok G7 pada
tahun 1976. Dimana pada tahun 1976 dalam pertemuan tahunan mereka dihasilkan
sebuah kesepakatan untuk mereorganisasi ekonomi dunia khususnya negara-negara
dunia III melalui pembukaan pasar dunia yang ditujukan untuk terutama untuk :
1. Pembukaan investasi asing yang lebih besar untuk negeri-negeri
imperialis dunia I .
2. Kemudahan masuknya barang-barang impor dari negeri-negeri imperialis
dunia I.
3. Swastanisasi (privatisasi BUMN) dan
4. Pemotongan anggaran negara yang “tidak produktif” yaitu penghapusan
berbagai macam subsidi negara kepada rakyat.
Solusi neoliberal ini merupakan respon yang diambil oleh
negara-negara imperialis menghadapi perkembangan kapitalisme paska perang dunia
II. Pertumbuhan ekonomi negara-negara imperialis paska perang dunai II relatif
tinggi yang akhirnya mengakibatkan terjadinya over produksi (kelebihan
prosuksi) dan kapital/modal. Ini merupakan ciri dari sistem ekonomi kapitalis.
Kondisi ini menyebabkan menurunnya tingkat keuntungan negara-negara kapitalis
maju sepanjang tahun 1970-an yang menuju kemandekan ekonomi sejak tahun
1974-1975.
Ekonomi Neoliberal secara umum berkaitan dengan tekanan politik multilateral, melalui berbagai kartel
pengelolaan perdagangan seperti WTO dan Bank Dunia. Ini mengakibatkan berkurangnya wewenang pemerintahan
sampai titik minimum. Neoliberalisme melalui ekonomi pasar bebas berhasil
menekan intervensi pemerintah (seperti paham Keynesianisme), dan melangkah sukses dalam pertumbuhan ekonomi
keseluruhan. Untuk meningkatkan efisiensi korporasi,
neoliberalisme berusaha keras untuk menolak atau mengurangi kebijakan hak-hak
buruh seperti upah minimum, dan hak-hak daya tawar kolektif lainnya.
Bagi kaum liberal,
pada awalnya kapitalisme dianggap menyimbolkan kemajuan pesat eksistensi masyarakat
berdasarkan seluruh capaian yg telah berhasil diraih. Bagi mereka, masyarakat
pra-kapitalis adalah masyarakat feodal yang
penduduknya ditindas.
Bagaimana
kebijakan ekonomi neoliberal yang dipelopori oleh negra-negara imperialis
kemudian dapat diterapkan secara global (GLOBALISASI EKONOMI NEOLIBERAL)? Kebijakan
mengglobalkan ekonomi neoliberal oleh negeri-negeri imperialis dilakukan dengan
menggunakan lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia.
Karena praktis lembaga-lembaga ekonomi dikuasai oleh mereka. Misalnya saja
jumlah suara di IMF yang didasarkan pada setoran saham atas sumber keuanga IMF.
Hubunganya dari MF dan Bank Dunia sebagai lembaga keuangan dunia yang
memberikan pinjaman hutang kemudian menerapkan syarat bagi negara penerima
hutang untuk melakukan sejumlah reformasi struktural dalam konsep ekonomi
neoliberal Demikianlah sejak tahun tahun 1976 hingga saat ini lembaga-lembaga
keuangan internasional menjadi agen dari negara-negara imperialis untuk memaksa
negara-negara dunia III untuk melaksanakan kebijakan ekonomi neoliberal. Setiap
krisis yang terjadi di sebuah negeri dimana selalu pemerintahan di
negeri-negeri kapitalis dunia III seperti Indonesia selalu mencari
pertolongannya kepada IMF, Bank Dunia dan lembaga donor lainnya yaitu dengan
cara: mendapatkan pinjaman hutang baru, penundaan pembayaran hutang. IMF, Bank
Dunia dengan “senang hati” memberikan tambahan hutang yang disertai dengan
syarat menjalankan seluruh rekomendasi dari “dokter gadungan ini” yaitu:
jalankan kebijakan ekonomi neoliberal: cabut subsidi, jual perusahaan, naikkan
pajak, hapus atau kurangi pajak impor, potong kesejahteraan buruh, kendalikan
gerakan buruh.
Tetapi
resep-resep ekonomi neoliberal telah terbukti gagal di sejumlah negara. Obat
yang diberikan IMF (berupa hutang dan kebijakan ekonomi neoliberal) hanya
“menyembuhkan” sesaat dan membuat penyakit (kondisi ekonomi) menjadi lebih
buruk lagi di kemudian hari. Sejak tahun 1980-an sebenarnya resep-resep IMF
telah terbukti gagal. Tetapi baik pemerintah negara-negara dunia III maupun IMF
sendiri tetap mempertahankan kebijakan ekonomi neoliberal ini. Inilah yang
kemudian yang kita saksikan apa yang terjadi di Argentina dan Amerika Latin
lainnya saat ini dan sejumlah negara di Asia yang dilanda krisis ekonomi sejak
paruh kedua tahun 1990-an.
Melihat
kegagalan dari resep-resep ekonomi neoliberal, negara-negara imperialis
kemudian memproduksi sebuah ideologi yang dikenal dengan istilah GLOBALISASI.
Sebuah gambaran dimana situasi ekonomi dunia yang telah global, dimana tak ada
satu pemerintah atau gerakan buruh yang mempu melawan tuntutan global bagi
penerapan kapitalisme neo-liberal. Dimana dalam propagandanya adalah bagaimana
pemerintah suatu negeri meerangsang berkembangnya modal dengan cara memotong
berbagai macam biaya untuk meningkatkan keuntungan. Dengan kebijakan ini, maka
modal akan bergerak ke negeri-negeri yang menguntungkan bagi perkembangan
modal. Oleh karena itu kemudian, pemerintah suatu negeri, untuk merangsang
pertumbuhan modal harus melakukan: menerapkan upah yang rendah, mengendalikan
gerakan buruh, pengurangan pajak-pajak bagi investor, dan menghindari seluruh
faktor-faktro yang menyebabkan larinya modal ke negara lain. Inilah gambaran
yang coba ditunjukkan oleh ideologi globalisasi. Bagi ideologi globalisasi,
kebijakan ekonomi neoliebral merupakan sebuah tuntutan dari perkembangan
situasi ekonomi yang digambarkan telah global: modal, produksi, ekspor-impor,
investasi, perdagangan telah menjadi global.
Akibatnya
Dalam produksi, arus modal dan perdangan negeri-negeri miskin seakan dihapus keberadaannya.
Jadi kebijakan ekonomi noliberal merupakan kepentingan dari pada pemilik modal
dan pemerintah negeri-negeri imperialis yang ditujukan untuk mempertahankan dan
merampok dunia III lebih dalam lagi bagi para pemodal dan pemerintah dunia I.
Sementara di negeri-negeri imperialispun kebijakan ekonomi neoliberal kini
mulai dirasakan. Wajar kemudian,
ketika saat ini
demonstarasi-demonstrasi menentang kebijakan ekonomi neoliberal di dunia I dan
solidaritas atas kemiskinan dan penindasan rakyat di dunia III terus terjadi
dan semakin membesar. Dari mulai aksi di Seatlle, Praha, Quebec, Sidney, Genoa
dan lain-lain terus terjadi. Begitu pula halnya dengan negeri-negeri dunia III
yang telah maju perjuangannnya, yang sadar bahwa perjuangan saat ini tidak
hanya hanya berhadapan dengan pemerintahan mereka semata melainkan melawan
kekuatan imperialis dengan agen-agennya.
Dan
dampaknya adalah
1.
Cicilan pokok Hutang Luar
Negeri dan bunganya harus dibayar Indonesia, sekitar 40 % dari anggaran Negara
dipakai untuk membayar cicilan pokok hutang dan bunga. Pemotongan subsidi
pemerintah dalam bidang yang tidak produktif –Anggaran Pendidikan dan
Kesehatan, Listrik, Minyak dan Gas— berakibat pada naiknya harga barang-barang
produksi. Di sisi lain –untuk menambah pemasukan Negara—pemerintah menerapkan
berbagai kenaikan pajak. Untuk menekan laju inflasi, pemerintah menekan upah
buruh sedemikian rupa.
2.
Kesejahteraan rakyat akan menurun. Biarpun pemerintah kini berkoar-koar soal
penghematan, tapi kenyataan bahwa sebagian besar anggaran negara dipakai untuk
bayar utang luar negeri yang dibuat oleh kapitalis Orde Baru tidak dapat
ditutupi. Pemotongan subsidi bukan karena diperlukan penghematan, tapi membagi
beban utang kepada rakyat yang tidak ikut menikmati utang tersebut.
3.
Penggunaan sistem buruh kontrak
akan menjadi pilihan dari pengusaha. Sepanjang tahun 2001 tidak ada tindakan
pemerintah yang mengadili para pengusaha yang seharusnya tidak boleh
menggunakan buruh kontrak.
BAB
3
Penutup
Kesimpulan
Sistem
Ekonomi Neoliberalis tidak cocok pada Indonesia, karena Sistem Ekonomi yang
justru merugikan Indonesia karena adanya Investor asing yang menanaman modal di
Indonesai secara bebas akibatnya membuat perekonomian Indonesia menjadi
terganggu dan berdampak pada harga kebutuhan pokok yang semakin mahal,
rendahnya kesejahteraan rakyat dan membuat kamajuan Indonesia menjadi
terhambat.
Karena
adanya Ekonomi Neoliberalisme justru member keuntungan tersendiri pada pemilik
modal besar. Yang terdasar bahwa Ekonomi Neoliberalisme berkaitan dengan
Demokrasi Kapitalisme yang memiliki sifat ego dan individual yang mengancam
kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pasang KODE REFFERAL : bLM077
BalasHapusDana (dompet digital)...di play store.
Dapatkan penghasilan Jutaan.
tanpa modal....cukup hp android saja.
begitu berhasil anda langsung mendapatkan Rp 25000.
diskon makan di Kentuky fried chicken 50%
diskon makan di bakmi GM 50%
diskon nonton di XXI 50%